WartaDepok.com – Kasus positif Covid-19 di Kota Depok, Jawa Barat mengalami penambahan hari demi hari. Bahkan Depok masuk zona merah.
Maka dari itu, perlu kesadaran bagi warga masyarakat agar kasus positif Covid-19 bisa dikendalikan.
Melihat kondisi seperti ini, bakal calon Wakil Walikota Depok Imam Budi Hartono (IBH) mengimbau kepada masyarakat harus menerapkan 3 M.
3 M ini antara lain, mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak.
” Kota Depok harus keluar dari zona merah. Sepakat ya kita harus menerapkan 3M. Insya Allah dengan disiplin menerapkn 3M kita mampu menghadapi angka penyebaran Covid-19, ” tulis Imam di akun Instagram pribadinya.
Jadi dengan menerapkan 3 M ini bisa mengendalikan angka kasus positif Covi-19.
“Karena kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menasehati, ” ungkap pria lulusan Universitas Indonesia (UI) ini.
Sementara itu, gerakan pakai masker terus digaungkan oleh Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah hal itu untuk pencegahan penularan Covid-19.
Sebab, World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan untuk penggunaan masker setiap orang karena efektif dalam pencegahan penularan Covid-19.
“Sejak April 2020, WHO merekomendasikan untuk penggunaan masker untuk setiap orang. Rekomendasi ini diikuti oleh semua negara termasuk Indonesia. Bahkan di Indonesia, Presiden Joko Widodo dan Kemenkes, diawal Agustus ini mencanangkan kampanye gerakan pakai masker, karena efektif, ” kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUI dr. Muhammad Hafiz Aini, melalui keterangannya.
Penggunaan masker kata dia, efektif mencegah penularan Covid-19 karena masker bisa mencegah droplet atau percikan air dari mulut.
Kata dia, masker kain pun efektif menahan percikan air dari mulut hal itu terbukti dalam kumpulan penelitian yang dikumpulkan oleh WHO.
“Masker kain memang memiliki efektivitas penyaringan udara yang paling rendah yaitu 48-85 persen dibandingkan masker N95 yang bisa hingga diatas 95 persen. Namun, masker kain, praktis, murah, dan terjangkau serta mudah dibuat. Dan harus dipahami virus korona itu sangat kecil bahkan lebih kecil dibandingkan pori-pori filter N95, ” jelas dia.
Ia menyebutkan, masker terdapat beberapa jenis yaitu masker respirator seperti P100, masker N95 (N95,KN95,FFP2), masker bedah (tiga lapis), dan masker kain.
Kata dia, masing-masing memiliki keuntungan dan kelemahan masing-masing.
“WHO merekomendasikan masker kain digunakan dalam kegiatan sehari-hari karena dinilai efektif dalam mencegah penularan serta memiliki nilai praktis, mudah, terjangkau, dan murah sehingga dapat diterapkan secara umum. Masker kain hanya tidak disarankan pada daerah yang dianggap berisiko tinggi seperti di rumah sakit, ” kata dia.
Meski begitu kata dia, Rumah sakit atau tenaga kesehatan tetap disarankan masker bedah dan bahkan N95 untuk yang merawat pasien Covid-18.
Jelas dia, virus corona itu menularkan dan
menginfeksi individu sebagian besar saluran pernapasan. Sehingga lanjut dia, memang dibutuhkan pencegahan melalui itu, yaitu penggunaan masker.
“Masker dinilai baik untuk dapat mengurangi risiko penularan covid antar manusia. Penggunaan masker dinilai efektif dalam praktek sehari-hari, dimana penelitian di Lancet menunjukan risiko penularan bila semua menggunakan masker hanya sekitar 1-3 persen dibandingkan lebih dari 17 persen bila tidak, ” paparnya.
Bahkan kata dia, bila bertemu dengan pasien positif menggunakan masker risiko penularan dapat hingga 50-70 persen dan yang sakit dapat menularkan ke orang lain atau dropletnya bisa terbang kemana-mana
Namun bila yang sakit dan sehat tidak menggunakan masker, risiko tertular bisa hingga 95 persen.
Lalu bila yang sakit aja yang menggunakan masker risiko penularan dapat terjadi sekitar 17 persen dan ini tetap angka yang tinggi.
Dan dimana, virus corona ini saat ini diduga dapat menyebarkan secara aerosol yaitu dapat terbang lebih dari 6-10 meter.
“Maka pennggunaan masker menjadi yang paling penting disertai dengan jaga jarak, cuci tangan, PHBS, dan hindari kerumunan, ” tuturnya.
Lalu kata dia, bila keduanya menggunakan masker, maka risiko menjadi sangat kecil sekitar 1 persen dan bila ditambahkan dengan praktek jaga jarak dan cuci tangan risiko menjadi dibawah 1 persen.
“Bahkan ada yang berani menyatakan mendekati 0 persen, ” kata dia.
Sebelumnya, enteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menjelaskan protokol kesehatan adalah bentuk pengorbanan serta wujud nyata dari realitas mengikuti apa yang dilakukan oleh Ibrahim AS yaitu untuk menghindari jatuhnya korban sebagai wujud penghargaan yang tinggi terhadap nyawa manusia.
“Kalau kita ingin menghindari jatuhnya korban akibat Covid-19 terutama saudara kita, kerabat kita, tetangga kita, bahkan diri kita sendiri, maka patuhi protokol kesehatan.
Gunakan masker, rajin cuci tangan, jaga jarak, hindari kerumunan terutama saat di ruangan tertutup,” kata Muhadjir.
Menurut mantan Mendikbud dan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang tersebut, kepatuhan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan secara ketat akan menjadi kunci pengendalian wabah Covid-19 sebelum ditemukannya vaksin.
Ia pun menekankan bahwa wabah Covid-19 hanya bisa diselesaikan melalui penemuan vaksin. Oleh karena itu, pemerintah saat ini sedang bekerja keras untuk mempercepat penanganan dan penemuan vaksin.
“Kalau sudah ditemukan vaksin, insya Allah kita akan terhindar dari Covid-19 ini dan kembali ke kehidupan yang biasanya,” pungkas Muhadjir.
Penggunaan masker yang benar dengan syarat:
1. Menutup hidung dan mulut serta area sekitarnya.
2. Tidak sering dibuka tutup apalagi hanya digantungkan.
3. Pemasangan dan pelepasan harus benar dan harus cuci tangan.
4. Bila menggunakan masker kain sebaiknya minimal 2 lapis dan lamanya sekitar 4 jam. namun bila basah dan rusak harus segera diganti. Dicuci secara benar dan baik
5. Bila sedang tidak digunakan (hrs membuka masker) seperti saat makan. masker harus disimpan dengan baik dan bersih (menggunakan plastik atau tissue), tidak sekadar dikalungkan atau digantungkan atau bahkan digeletakan
6. Wajib jaga jarak, PHBS, jauhi kerumunan, dan cuci tangan. (Wan/WD)