WartaDepok.com – Wakil Ketua DPRD Depok, Tajudin Tabri mengatakan Pilkada Depok adalah ajang adu gagasan, bukan ajang adu isu atau kabar hoaks.
Tajudin melanjutkan, selama sosialisasi pasangan calon Pradi Supriatna-Afifah Alia, banyak ditemui informasi tidak benar mengenai program paslon nomor urut 1 tersebut.
“Di wilayah Krukut, Limo, banyak emak-emak yang dicuci otaknya oleh oknum tidak bertanggungjawab. Dengan mengatakan, jika paslon no 1 menang maka mata pelajaran Pendidikan Agama Islam akan dihapus,”
“Yang lebih parah lagi, pesantren akan ditutup di Depok,” kata Tajudin, Jumat (6/11).
Ia menilai, tidak ada kaitannya kedua hal tersebut di Pilkada Depok. Karena urusan mata pelajaran dan pesantren adalah wewenang pusat, dalam hal ini Kementrian Agama (Kemenag). Bukan wewenang dari pemimpin daerah.
Informasi tersebut pun diterimanya secara langsung oleh warga, dan melalui aplikasi What’s App.
“Saya beri edukasi tentang tugas dan fungsi wali kota berdasarkan undang-undang. Saya juga sampaikan jangan menerima informasi secara mentah saja, tapi difilter dahulu agar yang diterima bisa dipertanggungjawabkan,” jelas Politikus dari Partai Golkar Depok ini.
Tajudin mengatakan, adu gagasan lebih terhormat dibandingkan dengan isu atau fitnah lawan politik dalam suatu pemilihan kepala daerah.
“Masyarakat sudah cerdas dalam menyikapi berbagai hal. Jangan lagi ada isu SARA dalam tiap Pilkada, ” ujarnya.
Ia menyampaikan, mencari sosok pemimpin adalah orang yang berani mengambil resiko demi kemaslahatan warganya. Dapat menggerakkan perekonomian daerahnya dengan menggaet investor, juga melakukan komunikasi yang baik dengan pemerintah pusat.
“Sosok itulah yang ada dalam diri Pradi Supriatna. Tegas, berani, dan jago berkomunikasi dengan segala kalangan. Wakilnya pun sudah memiliki pengalaman dibidang usaha, jadi bisa sejalan,” tandas Tajudin.(Mia/WD)