WartaDepok.com – Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau PP IPTEK, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menggelar Kompetisi Roket Air Nasional (KRAN) 2019, di Rotunda Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat pada Minggu, 29 September 2019.
Ajang perlombaan tersebut diikuti sebanyak 140 pelajar dari 16 provinsi dengan kategori usia 12 hingga 16 tahun.
Direktur PP IPTEK, Mochammad Syahrial Annas mengungkapkan, mereka yang masuk dalam enam besar peserta terbaik, nantinya akan mewakili pelajar Indonesia dalam kompetisi yang sama, di tingkat internasional, yang rencananya akan berlangsung pada 22-25 November 2019, di Jepang.
“Di sana (Jepang) anak-anak kita akan bersaing dengan banyak pelajar dari berbagai negara,” katanya pada wartawan di kawasan UI, Depok.
Lebih dari itu, Syahrial menegaskan, tujuan dari diadakannya kegiatan kompetisi ini ialah untuk menumbuhkan minat anak usia dini terhadap sains (ilmu pengetahuan).
“Banyak alat peraga yang bisa kita kembangkan agar anak tertarik terhadap sains. Agar mereka semakin tertarik, ternyata tidak cukup hanya itu saja, kemudian kita lakukan kompetisi berkala. Dari daerah kita tarik ke-nasional dan kemudian kita ikut sertakan ke ajang internasional,” tuturnya.
Syahrial mengatakan, KRAN sudah berlangsung sejak 2006 silam, dan seiring perjalanan waktu, minat anak akan dunia IPTEK pun semakin berkembang.
“Jadi intinya kita ingin anak-anak tertarik terhadap sains. Kita pernah rangking dua di Philipina pada tahun 2017, yang lainnya kita juara harapan. Insya Allah kedepan kita akan lebih baik lagi,” katanya.
Adapun 140 pelajar yang ikut dalam kompetisi tingkat nasional kali ini, berasal dari 16 kota/kabupaten, seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Jombang, Pontianak, Banjar Baru, Bandar Lampung, Palembang, Sawahlunto, dan Medan.
Kompetisi roket air menjadi ajang adu kreatifitas di bidang teknologi kedirgantaraan, dimana roket air digunakan sebagai medianya.
“Dalam kompetisi ini, peserta akan adu keterampilan dalam mendesain, menghitung, dan meluncurkan roket air berdasarkan zona sasaran yang sudah ditentukan, dengan panjang lintasan yang mengacu pada aturan yang berlaku pada kompetisi tingkat internasional.”
Tentang Roket Air
Lebih lanjut Syahrial menjelaskan, roket air terbuat dari bahan botol bekas yang terdiri dari 2 (dua) buah botol yang dirakit menjadi satu bagian badan (body) roket. Badan roket dilengkapi dengan sirip roket yang terbuat dari bahan infraboard atau sterofoam tebal yang dipotong dan dibentuk seperti sirip roket pesawat ulang alik.
Desain sirip roket bentuknya dapat bermacam-macam tergantung dari kreativitas para peserta. “Untuk daya dorong atau tekanan menggunakan gas,” paparnya
Kompetisi roket air dilakukan sebanyak dua sesi peluncuran. Roket air diluncurkan menuju zona target sasaran yang jaraknya dari titik luncur sepanjang 80 meter. Penilaian terbaik diambil berdasarkan titik jatuh roket yang terdekat dengan target, baik dari peluncuran sesi satu maupun sesi dua.
Penilaian akan dinilai oleh juri dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Pusat Teknologi Roket LAPAN, dan PP-IPTEK, Kemenristekdikti. Kompetisi ini menjadi langkah akhir menuju Kompetisi Roket Air Internasional yang akan diselenggarakan oleh Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) dalam kegiatan Asia Pacific Regional Space Agency Forum (APRSAF).
“Enam pemenang KRAN 2019 berkesempatan untuk menjadi delegasi Indonesia dalam ajang International Water Rocket Competition yang akan diselenggarakan di Jepang.”