WartaDepok.com – Musim kemarau saat ini membawa dampak buruk bagi para petani buah belimbing di Kota Depok, Jawa Barat, dampak buruk ini pada produksi yang menurun.
Hal itu dirasakan petani belimbing di Kelurahan Pondokcina, Kecamatan Beji, Lukman Saneli. “Untuk bulan ini komoditi hasil panen belimbing kebun kami agak berkurang,” kata Lukman.
Ia mengatakan hasil panen komiditi belimbing jumlahnya berkurang. Padahal biasanya mencapai puluhan kwintal, namun untuk bulan ini hanya puluhan kilogram saja, penyebab penurunan ini kata dia, musim kemarau.
“Contohnya belimbing mau berbuah, namun saat ingin berbuah hujan yang mengakibatkan anak buah belimbing rontok karena kekeringan,” terangnya.
Ia menuturkan para pelaku usaha atau petani buah belimbing di Kota Depok saat ini memasuki masa panen namun mengeluhkan kendala pemasaran buah belimbing.
Sebab, pasokan belimbing yang masih fluktuatif dari petani membuat produksi belimbing bisa sangat melimpah atau justru kekurangan.
“Untuk sekali panen sekitar lima ton bisa dihasilkan dari perkebunan buah belimbing di lapangan Binangkit, Kelurahan Pondokcina ini. Dulu pas panen, saya jual ke Pasar Minggu, namun untuk sekarang tidak karena dijual ke Pasar Induk,” kata dia.
Dia berharap Pemkot Depok membantu para petani saat masa panen sehingga pemasaran buah belimbing tepat sasaran dan bisa terjual dengan baik
Tak hanya itu, keluhan itu pun terjadi juga petani belimbing di Kecamatan Pancoran Mas bernama Ruhiyat.
“Keluhan pasti ada. Biasanya kalau musim panas belimbing gak gede jadi hasilnya nggak masimal,” ucap Ruhiyat kepada Wartadepok. com, Senin (15/7).
Sambung Ruhiyat, musim panas ini membuat rugi para petani belimbing yang ada di Depok.
Tentunya, kalau panen untuk musim hujan 1 kilogram itu bisa 3 buah belimbing, sedangkan kalau musim panas 1 kilogram bisa 5-6 kilogram sehingga produksi panen belimbing kurang bagus.
“Ya begitu dah (rugi). Biasanya satu pohon menghasilkan 1,5-2 kwintal, begitu panas paling 1 kwintalan kurang lebih,” jelas Ruhiyat.
Ia mengatakan, selama 1 tahun lahan perkebunan belimbing di Depok bisasanya tiga kali panen. Tapi setiap musim kemarau tidak maksimal hasil buah yang didapat.
“Ya begitu, banyak keluhana petani belimbing di Depok. Kini kurang lebih ada 50 kelompok petani belimbing yang masih menjaga lahannya,” ujarnya.
Lahan Perkebunan Belimbing Setiap Tahun Berkurang
Menurut dia, selama ini buah belimbing ini menjadi ikon Depok karena ketika itu lahan pertanian belimbing banyak.
Namun, kini terus berkurang karena meningkatnya pembangunan perumahan yang ada di Kota Depok.
“Perhatian dari pemkot masih ada tapi nggak dibarengin sama tindakan.Banyak lah saya pikir dinas udah paham benar tindakan apa yang mesti dilakukan (oleh Pemkot Depok),” paparnya.
Ruhiyat tak menapik bahwa para kelompok tani belimbing di Depok sudah terus berkoordinasi dan memberikan masukan ke Pemkot Depok.
Namun, lagi-lagi tak ada tindakan dari dinas terkait.
“Udah banyak banget masukan dari petani belimbing. Tapi belum ada tindakan alasan yang klasik pastinya,” jelasnya.
Adapun masukan aspirasi dari para petani belimbing di Depok seperti lahan yang semakin berkurang.
Dengan harapan, membuka atau menyediakan lahan belimbing di setiap kecamatan yang ada di Depok yang diperuntukan untuk lahan pertanian belimbing dan bukan untuk perumahan.
“Sebenarnya ini keinginan petani dari dulu (Pemkot sediakan lahan belimbing) , ada hamparan luas pohon belimbing di Depok yang lahannya harus dilindungi sama Pemkot Depok,”ulasnya.
Sehingga sambung dia, belimbing bisa menjadi ciri khas Depok yang sudah ada yaitu Belimbing Dewa asli kota ini.
“Masih lebih dari 50 kelompok tani belimbing di Depok. Ini salah satu yang pemkot mesti ambil tindakan menyelamatkan lahan belimbing. Sampe saat ini belum ada dari pemkot ganti ikon belimbing di Depok dengan yang lainnya,” pungkasnya.(wan/WD)