WartaDepok.com – Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Polana B. Pramesti mengatakan, usai menyediakan angkutan alternatif bagi pengguna Kereta Rel Listrik (KRL) di Stasiun Bogor juga akan memberikan layanan bus gratis di Stasiun Cilebut, Stasiun Bojong Gede dan Stasiun Citayam pada Senin (20/7). Tujuannya untuk mengantisipasi penumpang berlebih.
“Dari pihak lintas instansi pemerintah meliputi Kementerian Perhubungan dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, ” kata Polana melalui keterangan diterima WartaDepok. com, Minggu (19/7).
Polana menyebutkan ada 125 bus yang telah dialokasikan, sebanyak 80 yang terdiri dari 30 bus sedang dan 50 bus besar akan disiapkan sebagai angkutan alternatif untuk keberangkatan dari Stasiun Bogor dengan tujuan Stasiun Juanda, Stasiun Tanah Abang, Stasiun Manggarai, Stasiun Dukuh Atas/Sudirman, dan Stasiun Tebet.
Untuk titik keberangkatan Stasiun Cilebut akan disedikan sebanyak 7 bus sedang dan Stasiun Bojong Gede sejumlah 8 bus sedang untuk tujuan meliputi Stasiun Juanda,
Stasiun Tanah Abang, Stasiun Manggarai, Stasiun Dukuh Atas/Sudirman, dan Stasiun Tebet.
“Untuk Stasiun Cilebut, titik keberangkatan bus berada di Perumahan Pesona Cilebut sedangkan untuk Stasiun Bojong Gede, bus akan di siapkan di Terminal Angkot Bojong Gede, ” tutur Polana.
Selanjutnya, untuk keberangkatan dari Stasiun Citayam akan disiapkan bus sedang sebanyak 5 unit.
Untuk keberangkatan dari Stasiun Citayam bus akan melayani masyarakat dengan tujuan Stasiun Sudirman, Stasiun Manggarai dan Stasiun Juanda.
Selain dari stasiun-stasiun di atas, masyarakat Bogor juga dapat memanfaatkan layanan 10 unit bus besar yang akan disiapkan melalui Botani Square dengan tujuan Stasiun Sudirman / Dukuh Atas dan Stasiun Juanda.
“Untuk pengguna KRL dari Bekasi yang akan memanfaatkan layanan angkutan alternatif, akan disediakan sebanyak 15 unit bus besar di Stasiun Cikarang, dengan tujuan Stasiun Manggarai dan Stasiun Dukuh Atas / Sudirman, ” ungkap dia.
Polana menyampaikan bahwa meski telah disediakan angkutan alternatif berupa bus, bukan berarti antrean calon pengguna KRL di stasiun akan hilang sama sekali.
“Tetap akan ada potensi terjadinya antrean di stasiun,” kata Polana.
Hal ini, menurut Polana karena terkait dengan adanya penegakan protokol kesehatan yang harus dilalui dengan memenuhi prosedur-prosedur yang telah ditetapkan untuk dapat menggunakan KRL.
“Adanya ketentuan penegakan protokol kesehatan seperti dilakukannya pengukuran suhu tubuh dan adanya keharusan menjaga jarak baik sebelum maupun selama berada di dalam stasiun, secara otomatis akan mengakibatkan terjadinya antrean,” ungkap Polana.
Menurut Polana segala ketentuan yang telah ditetapkan dalam bertransportasi hendaknya dapat dipahami, mengingat saat ini tengah terjadi pandemi.
Oleh karena saat ini tengah berada pada kondisi yang berbeda, Polana juga berpendapat dibutuhkan pemahaman masyarakat jika memang harus terjadi antrean.
“Yang kita usahakan bersama saat ini adalah bagaimana proses antrean dapat berjalan dengan secepatnya,”ujar Polana.
Penyediaan bus sebagai angkutan alternatif bagi pengguna KRL ini, menurut Polana
merupakan langkah Pemerintah supaya ketika terjadi penumpukan dapat segera teratasi.
Disisi lain Polana juga mengharapkan pemahaman dan kerjasama dari masyarakat jika terdapat kemacetan akibat dampak dari penyediaan bus pada stasiun-stasiun yang telah ditentukan. (wan/WD)