BalaikotaHeadline

Pemkot Depok Dorong Budidaya Sorgum Secara Masif

13
×

Pemkot Depok Dorong Budidaya Sorgum Secara Masif

Sebarkan artikel ini
Kegiatan Ngabuburit Ngaji Budaya bertema "Budaya Pangan Nusantara" di Joglo Nusantara, Situ Pengasinan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, pada Sabtu (15/3/25). (Foto : Diskominfo)

WartaDepok.com – Pemerintah Pusat terus mendorong diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan pada impor gandum.

Salah satu upaya yang tengah dikembangkan adalah budidaya sorgum, yang dinilai memiliki potensi besar sebagai sumber karbohidrat alternatif di Indonesia.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, saat menjadi narasumber dalam kegiatan Ngabuburit Ngaji Budaya bertema “Budaya Pangan Nusantara” di Joglo Nusantara, Situ Pengasinan, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, pada Sabtu (15/3/25).

Fadli Zon, yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), menekankan bahwa pangan lokal memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan pangan dan melestarikan budaya Nusantara.

“Pangan lokal itu bagian dari budaya kita. Di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, pangan lokal termasuk dalam objek pemajuan budaya. Sejak dahulu, masyarakat kita tidak hanya mengandalkan padi, tapi juga sorgum, sagu, dan berbagai sumber karbohidrat lain,” ujarnya.

Fadli Zon menjelaskan bahwa saat ini Indonesia masih mengimpor 12 juta ton gandum per tahun, yang sebagian besar digunakan untuk produk seperti mi instan dan roti.

Impor yang besar ini, imbuhnya menguras devisa negara.

Oleh karena itu, pemerintah ingin mendorong pemanfaatan sorgum sebagai alternatif pengganti gandum.

“Sorgum memiliki nilai gizi yang tinggi dan bisa menjadi substitusi tepung terigu. Bahkan, mi instan berbasis sorgum bisa dikembangkan di dalam negeri,” tambahnya.

Selain itu, budidaya sorgum dinilai lebih menguntungkan karena tanaman ini bisa tumbuh kembali setelah dipanen, sehingga lebih efisien dibandingkan padi.

Untuk mendukung pengembangan sorgum, pemerintah juga mengoptimalkan lahan perhutanan sosial yang luasnya mencapai 4-7 juta hektare.

Lahan ini dapat dimanfaatkan oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) untuk menanam sorgum dengan sistem tumpang sari, misalnya dengan cabai atau tanaman lainnya.

“Perhutanan sosial bisa menjadi solusi untuk memperluas area pertanian tanpa mengorbankan hutan alam. Jika ini dilakukan secara masif, kita bisa mencapai swasembada karbohidrat dan mengurangi impor,” jelasnya.

Pemerintah menargetkan swasembada pangan dalam 4-5 tahun ke depan, sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto.

Langkah ini tidak hanya mencakup produksi padi, tetapi juga diversifikasi sumber karbohidrat dan protein.

“Ketahanan pangan tidak harus bergantung pada beras saja. Kita punya banyak pilihan seperti sorgum, sagu, dan ubi. Ini juga bisa mengurangi risiko krisis pangan di masa depan,” kata Fadli Zon.

Ia juga menyoroti pentingnya sumber protein alternatif, termasuk ikan dan ayam, yang lebih murah dan mudah diperoleh dibandingkan daging sapi.

Kegiatan Ngabuburit Ngaji Budaya ini turut dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk Wali Kota Depok, Supian Suri, komunitas budaya, akademisi, dan petani lokal.

Diskusi ini menjadi bagian dari upaya pemerintah dalam mempopulerkan pangan lokal sebagai identitas budaya sekaligus solusi ketahanan pangan nasional.

Dengan strategi ini, pemerintah berharap Indonesia tidak hanya mengurangi impor gandum, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani serta melestarikan kekayaan pangan lokal.

BACA JUGA:  Kadisdik Sambut Baik Perubahan Jadwal Libur Lebaran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *