HeadlineHumaniora

Dinkes Depok Tekankan Upaya Pengendalian DBD dalam ASEAN Dengue Day 2023

44
×

Dinkes Depok Tekankan Upaya Pengendalian DBD dalam ASEAN Dengue Day 2023

Sebarkan artikel ini

WartaDepok.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok menggelar webinar kesehatan dalam rangka memperingati Hari Dangue ASEAN.

Tahun ini, tema yang diusung yaitu Wujudkan Indonesia Bebas Dengue dengan Cara Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui PSN 3M Plus di Kondisi Iklim El Nino.

Kepala Dinkes Kota Depok, Mary Liziawati menjelaskan, ASEAN merupakan organisasi yang menjadi pelopor ditetapkannya Hari Demam Berdarah Dengue. Hari besar ini resmi diperingati sejak 15 Juni 2010.

“ASEAN Dengue Day (ADD) digagas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-19 di Hanoi, Vietnam, pada tanggal 30 Oktober 2010 dan Indonesia menjadi pelopor peringatan Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN pada 15 Juni 2011,” ungkapnya, dilansir dari laman resmi Pemkot Depok.

Adanya Hari Demam Berdarah Dengue ASEAN bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya dari penyakit demam berdarah dengue secara berkelanjutan.

World Health Organization (WHO) dalam laporannya yang berjudul ‘WHO Global Strategy for Dengue Prevention and Control 2012–2020’ menyampaikan, sebagian besar negara di Asia Tenggara merupakan endemik DBD.

“Kota Depok pada tahun 2021 laporan jumlah kasus kesakitan DBD di Rumah Sakit (RS) sebanyak 3.155 kasus. Pada tahun 2022 sebanyak 2.234 kasus dengan angka kematian sebanyak 14 kasus,” ungkapnya.

“Sedangkan tahun 2023 hingga Mei sebanyak 488 kasus, ini adalah angka kasus kesakitan yang dilaporkan dari rumah sakit yang ada di Kota Depok. Dan belum semua rumah sakit melaporkan secara berkala, sehingga kecenderungan penurunan tersebut tidak nampak pada Incidence Rate DBD per 100.000 penduduk,” sambungnya.

Berdasarkan laporan tersebut, imbuhnya, kelurahan dengan jumlah kasus DBD tertinggi di Kota Depok adalah Kelurahan Beji, Tanah Baru, Grogol dan Pancoran Mas. Lalu, usia 15 sampai 49 tahun adalah kelompok tertinggi kasus DBD, dengan penderita terbanyak laki-laki.

“Sementara itu faktor–faktor lain yang mempengaruhi penyebarluasan DBD antara lain perilaku masyarakat, perubahan iklim global, pertumbuhan ekonomi dan ketersediaan air bersih,” ungkapnya.

Oleh karena itu, kata Mary, upaya pengendalian DBD yang terpenting melalui langkah pengendalian nyamuk penular dan upaya membatasi kematian karena DBD.

“Atas dasar itu, maka upaya pengendalian DBD memerlukan kerja sama dengan semua sektor yang terkait sebagai dasar peran serta dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat mencegah penyebaran DBD yang disebabkan oleh virus dengue,” tandasnya.

BACA JUGA:  Tingkatkan Cakupan Imunisasi, Dinkes Depok Sambut Baik Dukungan CISDI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *