WartaDepok.com – Tokoh Reformasi 1998 Rama Pratama menegaskan bahwa Politik Islam tidak mungkin diklaim secara strukturalis baik oleh Partai maupun kelompok tertentu.
Politik Islam adalah nilai yang lintas struktur, di Partai yang dianggap bukan Partai Islam selalu terdapat Muslim bahkan pada Partai yang dianggap Partai Islam selalu juga ada non Muslim.
“Apa iya Politisi Muslim merupakan jaminan dirinya selalu memperjuangkan nilai Islam. Terus kalau Politisi non Muslim pasti tidak mungkin memperjuangkan nilai Islam?” Nilai Islam itu dengan nilai agama-agama lainnya pada prinsipnya akan bermuara pada kemaslahatan bersama terang Rama dalam webinar Indonesia Paradise Talk dengan tema Gerakan Pemikiran Politik Islam di Jakarta, Jumat Malam (10/07).
Dalam webinar oleh Kopi Asyik Partai Gelora yang dipandu Raihan Iskandar, Rama menyatakan bahwa perlu dibedakan antara Islam dan Muslim, juga antara Politik Islam dan Islam Politik. Islam tidak selalu linier dengan Muslim.
“Wajar jika ada scholar yang skeptis terhadap Islam Politik, karena alih-alih memperjuangkan Islam di Politik, namun malah terjebak pada politisasi Islam bahkan lebih jauh lagi memanipulasi Islam untuk kepentingan politiknya sendiri dan sesaat saja”, kata mantan Anggota DPR RI tersebut.
Karena itu, Rama mengajak berfikir jaringan yang tidak kategorikal atributif.
“Bahwa realitas politik adalah realitas jaringan sebagaimana yang dipahami secara post-strukturalis” terang Rama.
Dia mencontohkan dirinya yang sedang berkontestasi menjadi bakal calon wali kota Depok, didukung oleh jaringan lintas partai dan agama.
“Apakah jika nantinya didukung oleh PDIP, maka saya keluar dari Islam? Ini kesimpulan sesat.
Kapan Partai Politik ber-syahadat?” Kata Rama sambil bergurau
“Aktivis Dakwah yang ingin memperjuangkan Islam, silahkan saja berdiaspora ke Partai-Partai Politik. Jangan alergi juga dengan PDIP, juga bisa ke Gelora dan partai lainnya” tegasnya.
Hal senada disampaikan Tengku Zulkifli Usman yang sering dipanggil TZU, Pengamat Gerakan Islam Internasional.
TZU mendorong agar Politisi Muslim tidak berhenti pada Fundamentalisme Politik Islam yang membenturkan Islam dengan Negara maupun Islamisme Politik Islam yang sudah menerima Negara namun masih terbelenggu dengan agenda-agenda formalitas Islam.
“Politisi Muslim hendaknya membawa Muslim pada Post Islamisme yang memperjuangkan kemaslahatan bersama yang itu adalah nilai Islam.” Kata TZU.
TZU juga menjelaskan bahwa perjuangan teknis seperti mengajak orang giat sholat maka itu bukan pekerjaan dengan chanel Politik, namun dapat dikerjakan melalui Ormas.
Webinar yang didukung oleh Badan Hubungan Umat Partai Gelora, diikuti lebih dari 100 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, serta dihadiri beberapa penggiat sosial politik tidak hanya dari Jakarta namun dari Aceh sampai dengan Papua. (wan/WD)