HeadlineHumaniora

Program Percepatan Vaksinasi Gunakan 6 Jenis Vaksin Covid-19

174
×

Program Percepatan Vaksinasi Gunakan 6 Jenis Vaksin Covid-19

Sebarkan artikel ini
Kedatangan bahan baku vaksin Sinovac di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, pada Rabu, 30 Juni 2021. (BPMI Setpres/Kris)

WartaDepok.com – Vaksinasi Covid-19 untuk kalangan anak remaja 12–17 tahun terus digenjot. Digulirkan sejak 1 Juli 2021, skala pelaksanaannya terus diperluas.

Presiden Joko Widodo mendorong  agar program vaksinasi remaja itu dipercepat terutama bagi para pelajar sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA), yang di banyak tempat selalu dibayang-bayangi ancaman pandemi, ketika hendak menjalani pembelajaran tatap muka.

“Kita ingin mendorong agar vaksinasi ini bisa dipercepat, sehingga bisa tercapai kekebalan komunal dan kita bisa terhindar dari Covid-19,” ujar Presiden Jokowi ketika berdialog dan meninjau acara vaksinasi untuk pelajar dan vaksinasi dari rumah ke rumah melalui konferensi video pada Rabu, 14 Juli 2021.

Presiden Jokowi menyambut gembira vaksinasi serentak yang  dilaksanakan kepada 15 ribu pelajar SMP dan 15 ribu pelajar SMA di 14 provinsi, yakni di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, dan Bali.

“Saya mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi setinggi-tingginya atas pelaksanaan vaksinasi pada pagi hari ini untuk anak-anakku di SMP maupun di SMA,” ujarnya.

Dalam konferensi video itu, Presiden Jokowi mengingatkan pula bahwa vaksinasi bagi pelajar itu sebagai bagian dari pembentukan kekebalan komunitas secara nasional yang diharapkan pemerintah dapat segera tercapai. “Saya hanya ingin menyampaikan agar setelah anak-anak semuanya divaksinasi, tolong dicek juga agar para guru dan petugas-petugas sekolah jangan sampai ada yang terlewat vaksinasinya,” katanya.

Namun, Kepala Negara juga mengingatkan, vaksinasi jangan menjadi alasan para siswa lalai akan protokol kesehatan (prokes) apabila nanti kegiatan belajar-mengajar di sekolah sudah digelar secara tatap muka. “Hati-hati, kalau sudah diperbolehkan sekolah tatap muka, belajar tatap muka, tetap pakai masker ya. Jaga jarak dengan teman, jangan berkerumun. Kita harus disiplin semuanya anak-anakku, karena pandemi ini belum berakhir,” ujar Kepala Negara.

Gebrakan vaksinasi bagi pelajar hari itu, selain diikuti 30 ribu siswa SMP dan SMA yang menjalani penyuntikan di gedung sekolah, juga menyasar para siswa yang sedang melaksanakan kegiatan belajar secara online di rumah masing-masing. Jumlahnya 14 ribu dan tersebar di berbagai provinsi.  Para petugas kesehatan mendatangi mereka satu per satu.

Di balik gebrakan itu ada Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal (Purn) Budi Gunawan yang menjadi penggeraknya. Dalam laporannya, Budi Gunawan menyatakan, BIN memberikan perhatian yang serius kepada program vaksinasi untuk para pelajar itu. Kepala BIN itupun meninjau langsung pelaksanaannya di SMP Negeri 103 Jakarta bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

“Badan Intelijen Negara memberikan perhatian yang sangat serius pada vaksinasi Covid-19, khusus untuk anak-anak usia 12 hingga 18 tahun, terutama pelajar SMP dan SMA yang merupakan generasi penerus dan menjadi tulang punggung bangsa dan negara,” ujar Kepala BIN Budi Gunawan.

Target Meningkat

Dengan masuknya kalangan remaja sebagai kelompok sasaran, maka target vaksinasi nasional pun meningkat, dari semula 181,5 juta menjadi 208,2 juta. Tambahan 26,7 juta itu sebagian besar ialah dari jumlah kelompok usia 12–17 tahun itu. Persediaan vaksin cukup?

‘’Untuk bulan ini (Juli) tersedia 30 juta dosis, bisa bertambah sampai 45 juta,’’ ujar Menko (Menteri Koordinator) bidang  Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Panjaitan, dalam konferensi pers virtual seusai Rapat Kabinet Terbatas (Ratas), tentang PPKM Darurat, Senin, 12 Juni lalu. Vaksin, menurut Menko Luhut, akan terus datang pada bulan-bulan berikutnya.

BACA JUGA:  Rampung, Kantor Kelurahan Tapos Siap Diresmikan

Laman resmi Satgas Covid-19 menyebutkan, jumlah vaksin yang sudah masuk ke Indonesia per 13 Juli 2021 adalah 137,4 juta dosis dalam bentuk bulk dan vaksin jadi. Jumlah ini termasuk 1.41 juta dosis Vaksin Sinopharm dan 3,476 juta dosis AstraZeneca yang tiba hari itu.

Vaksin yang datang dalam bentuk bulk akan diproses di instalasi vaksin PT Bio Farma Bandung, dengan efisiensi sekitar 80 persen. Dengan demikian, secara keseluruhan vaksin tersedia dalam bentuk jadi sekitar 110 juta dosis.

Dari jumlah di atas, per 15 Juli 2021, sebanyak 75 juta dosis sudah didistribusikan ke dinas-dinas kesehatan kabupaten kota di seluruh Indonesia, dan 55,4 juta sudah disuntikkan ke penerima vaksin. Rinciannya 39,6 juta sebagai suntikan pertama dan 15,3 juta dosis lainnya suntikan kedua. Selama dua minggu pertama Juli 2021, sekitar 10 juta orang menjalani suntikan vaksin pertamanya.

Stok vaksin akan terus bertambah. Selama sepekan antara 11–18 juli, Indonesia menerima 17,8 juta dosis vaksin, termasuk 3 juta dosis vaksin jadi dari Moderna (Amerika), serta  tambahan 4 juta dosis (bulk) vaksin Sinovac dari Tiongkok yang diterima menjelang akhir pekan. Untuk memastikan vaksin cukup, Kementerian Kesehatan RI dan Kantor Perwakilan Biontech di Indonesia telah pula mengikat kesepakatan untuk mendatangkan 50 juta dosis vaksin Pfizer-Biontech pada 2021.

Upaya  pengadaan vaksin di Indonesia ini dilakukan melalui berbagai jalur. Ada perjanjian bilateral seperti dalam pengadaaan vaksin merk Sinovac dan Pfizer, ada jalur  perjanjian multilateral seperti pada skema COVAX Facility bersama GAVI dan WHO untuk vaksin AstraZeneca ataupun donasi yang diberikan oleh negara-negara sahabat. Dengan demikian ada enam jenis vaksin Covid-19 yang akan dan sudah dipakai di Indonesia, yakni Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, dan Novavax.

Vaksin-vaksin itu memiliki platform yang berbeda. Sinovac dan Sinopharm, keduanya didatangkan dari Tiongkok, memakai  platform klasik inavtivated virus, yakni virus yang dilemahkan. AstraZeneca diproduksi dengan platform adenovirus, yakni sayatan antigen yang disisipkan dalam virus netral yang tak bisa berbiak dalam tubuh manusia.

Ada pun Moderna dan Pfizer diproduksi  dengan platform m-RNA, yakni potongan materi genetik virus, sedangkan Novavax (Amerika) berbasis  protein-rekombinan, yaitu potongan antigen yang digandengkan dengan protein yang sesuai. Belum semuanya mendapatkan  emergency use authorization (EUA), izin edar darurat, dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Kelompok pertama mendapatkan EUA dari BPOM adalah vaksin jadi Sinovac yang datang langsung dari Tiongkok dan vaksin Covid-19 PT Biofarma, yakni vaksin bulk Sinovac yang diproses di Biofarma Bandung.

Berikutnya, EUA dikeluarkan untuk AstraZeneca kemudian Sinopharm serta Moderna. Untuk vaksin anak remaja 12–17 tahun, BPOM baru mengeluarkan EUA untuk Sinovac.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *