WartaDepok.com – Pasien positif COVID-19 yang berstatus orang tanpa gejala (OTG) atau bergejala ringan dihimbau untuk melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing. Isolasi mandiri perlu dilakukan dengan benar sesuai anjuran pemerintah untuk mencegah penyebaran virus corona (SARS-CoV-2).
Tidak hanya melakukan protokol kesehatan secara ketat di rumah, kebersihan lingkungan tempat isolasi mandiri juga penting untuk diperhatikan. Selain itu, walaupun sedang sakit, pasien juga membutuhkan fisioterapi untuk memulihkan gerak dan fungsi tubuh selama sakit.
Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan selama isolasi mandiri? Bagaimana cara membersihkan lingkungan agar nyaman saat melakukan isolasi mandiri? Teknik fisioterapi seperti apa yang dapat dilakukan di rumah?
Diharapkan melalui penyelenggaraan Takshow Awam ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait kebersihan lingkungan dan aktivitas fisik yang dapat dilakukan selama isolasi mandiri. Seminar ini dimoderatori oleh Ns. Defi Effendi, Sp.Kep.An yang merupakan ners spesialis anak di RSUI.
Narasumber pertama yaitu Siti Kurnia Astuti, S.T, M.T, menjelaskan limbah rumah tangga ada beberapa jenisnya, diantaranya ada limbah rumah tangga (anogranik (misal: plastik, kaleng) dan organik), limbah B3 (missal: baterai, botol parfum), dan saat pandemi ini ada pula limbah infeksius (misal: masker, sarung tangan) dalam lingkup rumah tangga.
Biasanya masyarakat membuang sampah-sampah ini dicampur dalam tempat sampah yang sama, padahal penanganan masing-masing jenis sampah ini berbeda-beda.
Oleh karena itu, dalam penanganan limbah ini paling tidak dipisahkan tempatnya masing-masing dan menggunakan tempat sampah dengan model yang tertutup.
“Dalam penanganan sampah infeksius di rumah (misalnya masker), ada beberapa tips diantaranya, gunting masker sebelum dibuang, jika wadah pembuangan sudah memenuhi 2/3 bagian dari kapasitas segera ditutup dan diikat plastiknya, lalu beri label bertuliskan “limbah infeksius” pada wadah” ujar Bu Kurnia yang akrab disapa Bu Nia.
Mekanisme pembuangan limbah infeksius seperti ini selain dapat mencegah penularan dapat pula membantu pekerjaan petugas kebersihan dalam memilah-memilah sampah. Jenis disinfektan yang sebaiknya digunakan untuk disinfeksi barang-barang di rumah tidak musti sama yang dipakai di rumah sakit.
“Cairan disinfektan sudah banyak tersedia di pasar dan minimarket dengan harga yang terjangkau, tidak harus menggunakan merk yang sama dengan cairan disinfeksi yang dipakai di rumah sakit.
Diantaranya pilih yang mengandung Sodium hypochlorite berkadar 5% (dapat ditemukan pada cairan pemutih dan pembersih lantai), atau yang mengandung Hydrogen peroxide H2O2 kadar 0.5%.
Dalam pembuatan cairan disinfeksi dapat dibuat perbandingan 1:9 (misalnya 1 tutup botol sodium hypochlorite dilarutkan dengan 9 tutup botol air)” jelas Bu Nia.
Pembersihan dapat dibagi menjadi tiga kategori: (1) cleaning, proses yang dilakukan untuk menghilangkan materi organik dan anorganik di permukaan barang; (2) disinfeksi, proses yang dilakukan untuk menghilangkan mikroorganisme; dan (3) dekontaminasi, proses yang dilakukan untuk menghilangkan organisme sampai ke spora.
Dari ketiga jenis metode pembersihan ini, proses cleaning dan disinfeksi biasanya yang biasa dilakukan di rumah. Pembersihan lantai masuk ke dalam kategori cleaning.
Bu Nia menyarankan untuk proses pembersihan rumah sebaiknya dilakukan rutin setiap hari pada permukaan yang sering disentuh seperti gagang pintu.
Kemudian dalam proses pembersihan ini terdapat urutan-urutan yang disarankan, seperti pembersihan dilakukan dari area yang tinggi dahulu baru ke area yang rendah (misalnya pembersihan plafon, baru kemudian membersihkan lantai), kemudian pilih area yang lebih bersih dahulu baru kemudian ke area yang paling kotor (misalnya dahulukan membersihkan kamar tidur, kemudian ruang tamu, baru ke area yang lebih kotor seperti pada dapur dan kamar mandi).
Dalam proses pembersihan permukaan barang, kita dapat menggunakan lap microfiber.
Lap jenis ini lebih baik dalam mengikat kotoran. Sebelum memulai pembersihan, semprot lap dengan cairan disinfektan, lalu lakukan pembersihan dengan arah sejajar dan pastikan menjangkau seluruh permukaan.
Selain itu, terdapat beberapa hal yang juga harus diperhatikan terkait keamanan pada orang yang melakukan pembersihan.
Cairan disinfektan tergolong bahan B3 yang memiliki efek samping, sehingga sebelum memulai pembersihan, jangan lupa gunakan APD (Alat Pelindung Diri) misalnya masker, sarung tangan karet (sarung tangan karet dapat dipakai berkali-kali), apron plastik, dan sepatu tertutup.
Narasumber kedua yaitu Oka Rahmatika Noviyanti, Str.Ftr, menyampaikan manfaat dari aktivitas fisik diantaranya dapat mengurangi kecemasan, meningkatkan endurance, mencegah penyakit tidak menular (hipertensi, diabetes mellitus), meningkatkan kualitas tidur, dan dapat meningkatkan kepercayaan diri.
Terdapat banyak pertanyaan mengenai aktivitas apa yang baik dilakukan oleh pasien COVID saat melakukan isolasi mandiri. Sebelum melakukan latihan fisik ini, derajat keparahan pasien penting untuk diketahui.
Terdapat empat tingkat derajat keparahan bagi pasien COVID-19 menurut Tim Satgas COVID, diantaranya (1) Ringan, yaitu keadaan tanpa komplikasi, jika ada gejala, gejala tersebut tidak menetap; (2) Sedang, yaitu keadaan dimana ada sesak napas; (3) Berat, adanya manifestasi pneumonia, sesak napas, tingginya respiratory rate; (4) Kritis, yaitu mengalami desaturasi, dan nilai saturasi oksigen darah (SpO2) rendah.
“Keadaan pasien yang diperbolehkan untuk melakukan latihan fisik yaitu yang bergejala ringan dan sedang. Latihan fisik tidak bisa disama-ratakan, harus disesuaikan dengan kondisi dan usia masing-masing pasien” Ujar Bu Oka.
Berdasarkan rekomendasi dari fisioterapis, yang paling utama adalah latihan pernapasan kemudian latihan fisik. Latihan fisik dapat dilakukan dari berbagai posisi, bahkan saat posisi tidur.
Pasien dapat melakukan vertical cycling atau gerakan mengangkat-menurunkan bokong sambil tiduran. Selain itu, pasien dapat melakukan aktivitas naik-turun tangga atau wall push-up pada dinding rumah.
“Jika ingin melakukan latihan fisik pasien tidak perlu membeli treadmill atau sepeda statis, karena bisa menggunakan peralatan yang ada di rumah, yang lebih sulit untuk memulai latihan adalah niat dibanding tools-nya” katanya.
Terkait gerakan dalam latihan fisik, pasien dapat mengikuti kelas online personal trainer yang dapat memberikan arahan gerak yang baik untuk dilakukan bagi pasien.
Tidak hanya itu, sebenarnya di Youtube pun sudah banyak video-video tutorial latihan fisik yang dapat diakses gratis oleh pasien yang sedang melakukan isolasi mandiri.
Pada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit maupun isolasi mandiri di rumah, latihan fisik dapat dipandu oleh tim rehabilitasi medik melalui layanan telemedicine RSUI, baik untuk konsultasi dengan dokter maupun mengikuti kelas latihan senam online dengan tim fisioterapis.
“Jika sudah dinyatakan negatif dan masih memerlukan pemulihan, pasien dapat membuat perjanjian untuk berkonsultasi langsung dengan dokter rehabilitasi medik dan fisioterapis untuk berlatih endurance” tambahnya.