WartaDepok.com – Psikolog anak Seto Mulyadi kerap disapa Kak Seto meminta Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengevaluasi predikat layak anak yang disandang Kota Depok, Jawa Barat.
“Yang memberikan (predikat layak anak) itu kan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Ini juga bahan evaluasi dari kementerian yang menganugerahkan penghargaan itu,” kata Kak Seto ketika dihubungi Jumat (10/7) pagi.
Kota Depok tengah didera isu miring mengenai keselamatan anak. Persoalan itu bukan hanya soal anak-anak yang kerap menggelandang di jalanan untuk mengais rezeki dan sudah jadi wajah keseharian Kota Depok.
Belakangan, percobaan penculikan terhadap anak-anak mulai muncul di Depok. Dalam dua pekan, dua percobaan penculikan terjadi di Kecamatan Sukmajaya.
Upaya pertama bahkan sempat membuat empat anak diculik dan dibawa sampai ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, sebelum anak-anak itu ditemukan polisi.
Kemudian, di Depok saat ini juga tengah bergulir kasus pencabulan terhadap puluhan anak-anak di salah satu gereja.
Tahun lalu, seorang remaja nyaris mengakhiri hidupnya karena depresi usai diperkosa dua orang pria.
Semua kasus tersebut belum memasukkan daftar insiden tawuran antarpelajar yang sering pecah di Depok dan tak jarang memakan korban jiwa.
“Apalagi dalam situasi pandemi ini, kejahatan terhadap anak meningkat. Kekerasan terhadap anak juga. Ini juga mungkin berbagai permasalahan membuat orangtua stres dan tegang, ekonomi, sehingga kewaspadaan menjaga anak juga lemah,” tambah Kak Seto.
“Kita semua harus mengevaluasi sejauh mana konsistensi penjagaan wilayah masing-masing untuk bisa betul-betul ramah anak,” ujar Seto yang menjabat sebagai Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) tersebut.
Kapolres Metro Depok, Kombes Azis Andriansyah menyampaikan, dalam setahun belakangan, pihaknya menerima 123 laporan pencabulan anak di Depok.
“Itu baru pencabulan, belum kekerasan dalam rumah tangga dan jenis eksploitasi anak lain. Ini yang jadi koreksi bagi kita semua karena 123 ini kasus yang dilaporkan, di hilir. Yang tidak ketahuan berapa banyak? Hulunya bagaimana?” ungkap Azis dalam sebuah acara yang difasilitasi Kak Seto di Bojonggede, 3 Juli 2020.
“Juga begal di sini anak muda semua. Itu gambaran, belum lagi seks komersial berkaitan dengan anak juga lumayan di sini. Capek kami tangkap dan sidiknya, apakah dibiarkan atau memang pergaulan. Ada umur 14 tahun, 15 tahun, sehari 4 kali melayani. Sangat memprihatikan,” lanjut Azis dalam kesempatan itu. (Kompas)