WartaDepok.com – Dibalik fenomena Tapis Lampung yang sudah mendunia, ternyata ada beberapa masalah yang masih menjadi PR bersama. Mayoritas pengrajin tersebut adalah industri rumahan dengan konsep bisnis konvensional. Hal ini membuat daya saing UMKM tersebut terhambat dengan daya saing rendah.
Kain Tapis Lampung, tak hanya dikenal oleh masyarakat lokal tapi juga telah go internasional. Pada 2014, Ajang Miss Internasional yang berlangsung di Jepang, Finalis Rappa memakai konstum dengan balutan motif Tapis Lampung dan dinobatkan sebagai “The Best National Costum”.
Selain itu rekognisi keindahan Tapi Lampung juga diakui oleh mendingan Ibu Negara, Ani Yudhoyono terutama kian Tapis karya Rahayu, salah satu pengrajin asal Lambung.
Sayangnya dibalik keindahan yang sudah mendunia, perlu adanya sosialisasi kepada pelaku UMKM mengenai pengelolaan keuangan dan melek pajak. Hal ini membuat Universitas Indonesia menggandeng Dinas Koperasi dan UMKM Lampung serta KPP Pratama Kedaton memberikan pelatihan kepada pengrajin Tapis.
95 orang pengrajin tapis mengikuti pelatihan di Balai Keratun, Lampung. Berdasarkan pengamatan, Tim UI memberikan pelatihan Business Model Canvas (BMC) dan perpajakan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh Perajin Tapis saat ini.
Alasan utama BMC dipilih oleh Tim UI adalah proses bisnis UMKM Tapis perlu diperbaiki agar daya saing mereka bisa meningkat, bahkan bisa bersiang di pasar global nantinya. Hal ini dijelaskan oleh Nurul, dosen Administrasi Niaga UI, bahwa “perajin tapis belum memiliki model bisnis yang baik sehingga berdampak terhadap produktivitas mereka.”
Nurul juga menjelaskan perajin dapat menggunakan 9 blok BMC untuk memperbaiki model bisnisnya. BMC mencakup identifikasi biaya produksi, sumber daya, mitra, pelanggan hingga cara mendapatkan profit. Setelahnya, para penggiat UMKM bias mengaplikasikan BMC pada bisnis mereka, baik yang berskala mikro maupun menengah.
Indriani, dosen Administrasi Fiskal UI, menjelaskan aspek pajak agar perajin tapis bias melek pajak. Menurutnya, “..UMKM Tapis sangat potensial dalam memberi kontribusi pajak bagi negara, namun belum tergarap dengan baik.” Melihat peluang tersebut, Indriani mengajarkan pencatatan keuangan, perhitungan pajak hingga tarif yang berlaku saat ini. Tak hanya itu, Tim UI juga melakukan kunjungan lapangan ke beberapa perajin Tapis.
Pelatihan BMC dan Perpajakan ini sangat membantu perajin dalam mengaplikasikan ilmu tersebut kepada bisnis mereka. Para perajin Tapis berharap ada kelanjutan pelatihan seperti pemasaran via media sosial supaya produk mereka juga dikenal melalui media online.
Evi, Pemilih usaha Kaosqu tapis mengaku bahwa dirinya mengandalkan media sosial seperti Instagram untuk memasarkan produknya. Dia berharap ada pelatihan pemasaran yang diberkan oleh Tim UI. Tak hanya itu, Zulfa, Pemilik Lariss Souvenir juga mendapatkan pelatihan yang inovatif.
Dari antusiasme perajin Tapis, menjadi pertimbangan bagi tim UI untuk mendesain pelatihan lanjutan di masa mendatang. “Usaha Tapis sangat potensial untuk dikembangkan, maka dari itu kita harus mendukung dengan mengadakan pelatihan lanjutan supaya mereka memiliki pengetahuan baru dan rasa percaya diri bersaing secara sehat, “ pungkas Nurul menutup periode Pengabdian Masyarakat di Lampung, 30 Desember 2019. (Zen/WD)