WartaDepok.com – Menjelang peringatan Hari Anak nasional (HAN) yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2020, Indonesia masih berada dalam masa pandemi COVID-19.
Walaupun pandemi COVID-19 telah memasuki masa transisi PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) menuju era adaptasi kebiasaan baru, kesehatan anak merupakan hal yang harus dipehatikan dengan sungguh-sungguh.
Oleh karena itu, sebagai wujud pengabdian dan upaya edukasi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) kepada khalayak luas, pada Selasa, 21 Juli 2020 seminar awam bulanan yang dilaksanakan secara virtual bertajuk Bicara Sehat Ke-21: Menjaga Anak Tetap Ceria di era Adaptasi Kebiasaan Baru kembali digelar.
Tahun ini, Hari Anak Nasional (HAN) diperingati dengan suasana yang berbeda dengan peringatan pada tahun-tahun sebelumnya.
Tantangan HAN tahun ini dirasa lebih berat, karena adanya pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID- 19) di Indonesia, yang juga dirasakan akibatnya oleh anak-anak.
Anak-anak menjadi kurang kesempatan untuk bermain dan belajar secara bebas, kurang dapat bersosialisasi bersama teman-teman, serta dengan banyaknya beban aktivitas sekolah dari rumah secara online maka banyak aktivitas yang dihabiskan untuk memainkan gawai.
Anak-anak yang secara natural senang bermain bersama teman, bermain di alam bebas, berlari-larian di luar rumah, serta bersekolah, “dipaksa” untuk menyesuaikan diri dengan keadaan pandemi.
Selain itu, kebutuhan nutrisi untuk anak selama masa pandemi ini juga meningkat dengan tujuan memperkuat imunitas anak.
Orang tua juga “dipaksa”untuk menyesuaikan diri untuk menjalankan berbagai peran sekaligus yaitu menjadi orang tua, menjadi guru, juga menjadi teman bermain anak.
Berdasarkan hal tersebut, pengetahuan orang tua untuk Menjaga Anak Tetap Ceria di era Adaptasi Kebiasaan Baru mutlak diperlukan.
dr. Annisa Rahmania Yulman, Sp.A, Dokter Spesialis Anak RSUI, selaku narasumber pertama menyampaikan bahwa anak harus tetap aktif selama masa pandemi ini.
“Walaupun anak di rumah aja, anak harus tetap aktif untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan mereka berlangsung dengan optimal.
Sedentary lifestyle harus dihindari, harus istirahat cukup dan walaupun di rumah aja, penggunaan gadget harus bijak walaupun sekolah pun juga menggunakan gadget. Orang tua harus mempunyai dalih dan strategi untuk mengatur screen time anak” papar Dokter Spesialis Anak yang akrab disapa Dokter Ninis tersebut.
“Screen time untuk anak 0-1 tahun adalah zero atau nol. Tidak boleh ada screen time untuk anak 0-1 tahun” pungkasnya. Sedangkan untuk anak di atas usia 1-2 tahun, orang dewasa harus selalu mendampingi anak-anak dalam memanfaatkan gawainya.
Beberapa tanda-tanda anak yang adiksi gawai perlu diwaspadai, seperti anak sulit konsentrasi, mudah tantrum, dan sejenisnya.
Dokter Ninis juga menyampaikan bahwa untuk mencapai kualitas kehidupan yang baik dan aktif, anak diharuskan melakukan aktivitas fisik selama waktu tertentu yang berbeda untuk setiap umurnya.
Dalam sehari, minimal selama 30 menit aktifitas fisik dianjurkan untuk 0-1 tahun, 180 menit anak umur 1-2 tahun dan umur 3-4 tahun. Tentunya, intensitas beratnya aktivitas untuk anak usia 1-2 tahun dan 3-4 tahun berbeda.
“Masa usia dini disebut juga masa keemasan atau golden years yang menyebabkan si kecil mulai peka menerima berbagai macam rangsangan. Orang tua harus sering merangsang anak-anak ini selama usia emasnya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Masa peka setiap anak berbeda, jadi jangan pernah membandingkan satu anak dan anak lainnya, bahkan anak kembar pun berbeda” Ujar Ns. Mila Sri Wardani, Sarjana Keperawatan selaku narasumber membuka seminar sesi dua.
Selain itu, ners RSUI yang bertugas sebagai Primary Nurse di Bagian Pediatrik tersebut menyampaikan bahwa pergerakan anak mencakup motorik kasar dan motorik halus tetap harus terpenuhi selama masa pandemi ini.
Motorik kasar dan motorik halus harus seimbang dan hal tersebut merupakan kewajiban orang tua untuk menciptakan permainan yang menyenangkan dan mempertimbangkan pergerakan motoriknya. Tentu saja, protokol kesehatan selama masa pandemi ini harus diperhatikan selama bermain bersama anak.
“Walaupun anak masih kecil, orang tua tidak boleh meng-underestimated anak kita. Mereka memang masih kecil, tapi mereka dapat mengerti maksud orang tua jika disampaikan dengan bahasa anak-anak.” Sambungnya.
Anak-anak yang di masa Pandemi, banyak kehilangan waktu bermain di luar rumah, perlu dibantu untuk bermain di dalam rumah.
Orang dewasa perlu meningkatkan kreativitasnya sehingga walaupun anak terpaksa bermain dalam rumah, tidak mengalami kebosanan.
Ns. Nur Akbar, M.Kep, Sp.Kep.Kom, Kepala Seksi Rawat Inap RSUI berperan sebagai moderator memandu selama hampir 2 jam acara. Ns. Akbar menyimpulkan bahwa anak sebagai kelompok yang rentan, sehingga kesehatan anak harus diperhatikan dengan melakukan PHBS, menghindari keramaian, tetap melakukan imunisasi sesuai jadwal dan memperhatikan nutrisi anak.
Selain kesehatan, keceriaan anak juga harus dipertahankan dengan memainkan permainan yang menyenangkan salah satunya dengan terlibat dalam imajinasi anak selama permainan, memainkan permainan bersama anak dengan memperhatikan umur, serta menjaga anak tetap aktif.
Acara Bicara Sehat ke-21 ini ditutup dengan acara foto virtual bersama seluruh peserta yang berasal dari seluruh Indonesia, narasumber dan moderator.
RSUI berharap kegiatan seperti ini dapat terus dikembangkan sebagai bentuk komitmen RSUI, terutama Unit promosi Kesehatan untuk mengkampanyekan kegiatan promotif, preventif dan edukatif yang menarik dan bermanfaat bagi khalayak umum.
Selamat Hari Anak Nasional untuk anak-anak Indonesia yang akan menjadi generasi emas penerus bangsa ini.