Humaniora

Perkenalkan Nama Saya Slamet Hari Natal, Begini Kisahnya

902
×

Perkenalkan Nama Saya Slamet Hari Natal, Begini Kisahnya

Sebarkan artikel ini

WartaDepok.com – Pria di Kabupaten Malang, Jawa Timur, memiliki nama asli Slamet Hari Natal dan kerap dipanggil Slamet Yesus. Nama itu disematkan oleh kedua orang tuanya dengan alasan agar mudah diingat, selain karena memang kelahirannya tepat saat perayaan Hari Natal, 25 Desember.

“Biasanya ada yang mengucapkan selamat ulang tahun, bukan Selamat Hari Natal ya, meskipun nama saya Slamet Hari Natal. Tapi teman dan anak-anak saya itu mengucapkan Selamat Ulang Tahun. Mohon maaf kan saya muslim juga,” kata Slamet Hari Natal tersenyum saat ditemui usai membersihkan kendaraannya.

Siang itu, Slamet selesai menjalankan tugas sebagai tenaga pemungut sampah di lingkungan kampungnya. Dua hari sekali bersama karibnya Suryono, mengambil sampah di rumah-rumah warga untuk dibawa ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang berjarak sekitar 5 Km dari rumahnya.

Slamet yang sebelumnya supir truk gandengan, menyopiri mobilnya untuk mengangkut sampah ke TPA Paras Poncokusumo. Hari itu dua kali angkutan diselesaikan, sebelum kemudian membersihkan mobilnya di belakang makam tidak jauh dari rumahnya.

Slamet bersama istrinya, Setyowati tinggal di rumah sederhana di Jalan Sangadi RT 24 RW 08, Dusun Wates, Desa Wonomulyo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Sebagai tenaga pemungut sampah sudah dilakoninya sekitar empat tahun terakhir dan memilih pensiun menjadi sopir truk antar kota.

“Ini (ambil sampah) keterpanggilan, nanti kalau tidak ada yang peduli bagaimana? Saya biasa membantu lingkungan, menggali kubur, juga tidak ada bayarannya. Siapapun saya tolong tidak peduli agamanya atau apa. Ini dimintai tolong lingkungan rayon sini,” jelasnya.

Makan Waktu Lebih Lama saat Urus Surat Identitas Diri

Selain memungut sampah dan menggali makam dan kegiatan sosial di lingkungan lainya, Slamet juga menerima jasa angkutan dengan mobil bak sesuai permintaan.

Slamet didampingi istrinya bercerita tentang keseharian hidup di lingkungan kampung yang harus saling tolong menolong. Keluarganya pun tidak pernah memiliki persoalan berarti terkait nama uniknya itu.

“Tidak ada masalah, kegiatan keagamaan juga biasa, kumpul sama ustad juga tidak ada masalah. Kalau lingkungan tidak pernah masalah,” tegasnya.

Sedikit permasalahan dirasakan justru saat mengurus surat identitas diri atau surat-surat penting lainnya. Petugas biasanya memberikan lebih banyak pertanyaan dibanding orang lain untuk lebih memastikan, terutama untuk kolom nama dan agama.

“Yang masalah itu saya pribadi atau anak saya saat mengurus surat-surat, pasti ditanya, bener nggak ini namanya, jadi lebih teliti petugasnya. Orang penasaran juga ingin ngecek dulu,” katanya.

“Mungkin kalau di kolom agamanya Nasrani gitu, nggak begitu masalah. Kolon agama Islam, itu kan jadi orang bertanya-tanya,” tambahnya tertawa.

Anak Kena Dampak

Pengalaman yang sama juga dialami oleh anak-anaknya saat mengurus surat menyurat yang mencantumkan nama ayahnya. Rata-rata tergelitik dan tidak percaya dengan nama itu, termasuk dialami anak bungsunya yang saat ini menjadi anggota TNI.

“Benar tah nama bapakmu iki. Kalau teman-temannya mungkin lebih cepat, tapi anak-anak saya bisa lebih lama karena ditanya-tanya soal nama ayahnya,” katanya.

Saat masa kanak-kanak, Slamet juga mengaku tidak bermasalah bergaul dengan teman-teman seusianya. Keluarganya memang lebih kerap memanggil Slamet, sementara kalau teman sekolahnya beberapa memanggil Natal dan Slamet Yesus.

“Saya itu kan dijuluki Slamet Yesus. Teman-teman SMP itu manggil Natal, bukan Slametnya. Mungkin karena Natal itu kan (kelahiran) Yesus ya. Kan banyak nama Slamet di sekolah, saya dijuluki Slamet Yesus sampai sekarang. Reuni saya datang masih dipanggil Slamet Yesus,” kisah Alumni SMP Tumpang itu.

BACA JUGA:  Sebanyak 2.160 Calon Mahasiswa Baru UI Lolos SNBP 2025

Panggilan itupun melekat hingga sekarang ini, sehingga sebagian teman masing memanggilnya Slamet Yesus. Beberapa undangan pernikahan juga masih ditulis namanya dengan Slamet Yesus.

“Kalau keluarga sejak kecil memanggilnya Slamet, teman lingkungan dan tetangga masih banyak yang panggil Sus,” ungkapnya.

Slamet tidak pernah memiliki niat mengganti nama yang sudah diberikan oleh kedua orang tuanya. Begitu pun orang tuanya, saat itu juga tidak pernah mengganti nama yang sudah menjadi tanda sepanjang masa hidupnya.

“Nggak pernah (ganti nama). Mungkin kalau nama saya ganti, gak akan silaturahmi ketemu sampeyan,” katanya

Nama Slamet Hari Natal Atas Saran Seorang Bidan

Pasangan keluarga Samsuri dan Ngatinah (alm) memberi nama anak pertamanya Slamet Hari Natal. Karena memang kelahirannya tepat saat perayaan Hari Natal, 25 Desember 1962.

Ketika itu, Ngatinah menjalani persalinan di Klinik Desa Kebonsari, Kecamatan Tumpang dengan bantuan bidan Welas Asih atau Bu Kiskio. Bayi merah lahir dari rahim Ngatinah dalam kondisi selamat (Slamet), lengkap anggota tubuhnya dan sehat.

Bidan Welas Asih pun menyarankan agar sang bayi diberi nama Slamet Hari Natal dengan alasan agar mudah diingat, selain karena lahir tepat di peringatan Hari Natal. Nama itulah yang kemudian disematkan dan melekat pada sosok yang saat ini sudah berusia 57 tahun dengan tiga orang anak serta 5 orang cucu.

“Bu daripada sulit-sulit cari nama, supaya gampang diingat kasih nama saja Slamet Hari Natal sesuai dengan kelahiran anak ibu,” kata Slamet Hari Natal menirukan saran bidan Welas Asih yang disampaikan almarhum ibunya.

Hanya kisah itulah yang diterima oleh Slamet dari kedua orangtuanya terkait pemberian namanya yang dianggap unik. Nama itu yang jauh hari kemudian menjadi perbincangan banyak orang dan makin ramai setelah muncul media sosial.

Slamet sendiri juga tidak banyak tahu tentang bidan Welas Asih yang menolongnya saat persalinan. Tetapi pada masa itu memang sangat terkenal karena memang belum banyak tenaga medis seperti sekarang ini.

“Orang yang akan melahirkan saat itu bilang, ‘Ke Bu Kis saja’. Waktu hidupnya dikenalnya gitu, soalnya cocok kalau menangani anak-anak,” sahut Setyowati, istri Slamet.

Kata Slamet, bagi orang desa pada saat itu, sudah lazim bertanya atau minta orang pintar, dukun bayi dan lainnya untuk memberikan nama bayinya. Terkadang nama bayi juga berdasarkan sebuah peristiwa saat seorang bayi dilahirkan. Begitupun kemungkinan yang dilakukan kedua orang tua Slamet Hari Natal kala itu.

“Saya mendapat cerita dari mamak seperti itu,” tegas di rumah sederhananya, Jalan Sangadi RT 24 RW 08, Dusun Wates, Desa Wonomulyo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang.

Seiring waktu, Slamet menikahi Setyowati, tetangga desanya pada 1986. Lewat pernikahan itu dikaruniai tiga orang anak yakni Arif Wendi Yunianto Ferdiansyah, Nova Dewi Nurayomi Ayu dan Guruh Tedy Prasetyo Susanto.

Semua anaknya telah berumah tangga, kecuali putra bungsunya yang tengah bertugas sebagai anggota TNI di Brigif 24 Tanjung Selor, Kalimantan Utara. Pilihan nama yang diberikan untuk anak-anaknya pun bukan nama yang dianggap aneh atau kontroversial.

KTP Mati Diminta Sebagai Koleksi

Slamet juga mengaku memiliki kisah unik akibat namanya yang aneh dan langka. Saat itu, dirinya mengemudi sebuah kendaraan menyeberang ke Pulai Bali.

Saat di penyebrangan, semua kartu identitasnya diperiksa oleh petugas di Pelabuhan Ketapang. Semua kartu di dompet dikeluarkan, termasuk yang sudah habis masa berlakunya.

BACA JUGA:  Kembangkan Budaya, FIB UI Buka Pintu Kolaborasi

Tetapi selesai pemeriksaan seorang petugas justru meminta KTP yang sudah mati. Alasannya untuk koleksi karena dianggap unik.

“Jadi itu KTP yang mati diminta katanya untuk koleksi,” tegasnya.

Slamet sadar namanya banyak mengundang penasaran dan kerap diperbincangkan, tetapi itu sudah sesuatu yang biasa dan tidak mengganggunya. Nama itu sudah melekat dari pemberian orang tuanya, yang juga diberikan untuk adik perempuannya, Mujiati.

“Baiknya nama, mungkin bagi saya, bukan dari kata-kata dan kalimat saja yang baik, baiknya nama itu juga dari ucapan dan perilaku, menurut saya begitu. Namanya baik, tapi menyakiti lainnya itu juga tidak baik,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *