WartaDepok.com – Ada banyak faktor risiko yang bisa meningkatkan risiko serangan jantung, seperti riwayat keluarga, kolesterol atau trigliserida tinggi, usia, merokok, tekanan darah tinggi dan juga kurang aktivitas fisik.
Namun ritme sirkadian tubuh atau jam biologis tubuh juga memiliki peran, dan membuat kita rentan terkena serangan jantung pada jam-jam tertentu. Disebutkan oleh Dr Adolfo Bellosillo, kepala Makati Medical Center’s Cardiac Rehabilitation and Preventive Cardiology Unit, risiko kita terkena serangan jantung cenderung lebih tinggi pada waktu bangun pagi, yakni jam 6 pagi hingga jam 12 siang.
“Serangan jantung dan semua kegawatdaruratan kardiovaskular termasuk kematian mendadak akibat penyakit jantung dan stroke, banyak terjadi di pagi hari, terutama tepat saat bangun tidur,” tuturnya, dikutip dari Business Inquiries.
Dr Bellosillo mengatakan bahwa alasan di balik serangan jantung di pagi hari adalah fakta bahwa tubuh membutuhkan lebih banyak suplai oksigen untuk menyokong sejumlah fungsi tubuh yang aktif beberapa jam usai bangun tidur.
Ia menjelaskan, saat kita bangun tidur dan memulai aktivitas harian kita, tekanan darah sistolik dan denyut jantung menunjukkan lonjakan di jam-jam awal di pagi hari. Kemampuan pembuluh darah untuk melebar sebagai respons dari meningkatnya aliran darah terganggu, dan kemungkinan besar gumpalan darah terbentuk dan akan sulit untuk memecahnya.
Oleh karena itu sangat penting untuk mengenali gejalanya, walau memang serangan jantung memang sulit dideteksi, namun ada tanda khas yang bisa dikenali pada pasien. Bila tanda ini muncul, pasien sebaiknya segera dilarikan ke rumah sakit untuk segera mendapat pertolongan.
“Tanda yang khas ini misal rasa sakit di dada seperti diremas, ditimpa, atau ditekan. Rasa sakit ini kadang menjalar hingga lengan kiri sehingga muncul sensasi kebas, punggung dan rahang terasa kaku, dan keringat yang sampai membasahi tubuh pasien. Namun tidak semua serangan jantung merasakan tanda khas ini,” kata dokter ahli jantung dr Vito A Damay, SpJP (K), MKes, FIHA, FICA, beberapa waktu lalu.
Menurut dr Vito, tanda lain yang kerap dirasakan pasien seranan jantung adalah sesak napas dan sakit pada ulu hati. Tentunya tidak semua sakit dada mengindikasikan serangan jantung.
Sakit dada pada serangan jantung punya sifat yang khas. Sensasi ini masih dirasakan meski pasien merubah posisi atau gerakannya. Sensasi sakit yang hilang dengan merubah kedudukan, mungkin diakibatkan masalah pada otot bukan serangan jantung.
Terlepas dari penyebabnya, dr Vito menyarankan mereka yang mengalami tanda tersebut segera ke dokter. Pemeriksaan tambahan, misal Elektrokardiogram (EKG) dan penanganan secepatnya bisa mengantisipasi risiko paling buruk pada pasien.(mam/WD)