Opini

Belajar Kejujuran, Rasa Syukur dan Kebahagiaan dari Pak Asmari

172
×

Belajar Kejujuran, Rasa Syukur dan Kebahagiaan dari Pak Asmari

Sebarkan artikel ini

Adalah sosok bapak Asmari, pria berpeci hitam dan kaos biru yang sempat penulis temui di tengah kegiatan pengamanan penertiban lahan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di jln raya bogor kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Sukmajaya Kota Depok Jawa Barat.

Sosok Asmari menjadi begitu menginspirasi penulis. Dari hasil dialog yang penulis simak antara Kepala Sat Pol PP Kota Depok N. Lienda Ratnanurdianny (penulis akrab memanggilnya dengan BCL), memberikan inspirasi begitu dalam tentang makna kejujuran, rasa syukur dan kebahagiaan.

Dalam dialog yang penuh kehangatan dan keakraban tersebut, disaksikan oleh beberapa petugas Sat Pol PP dan anggota TNI-Polri yang seolah ikut larut dalam perbincangan. BCL yang membuka perbincangan hangat dengan menanyakan nama, kabar, aktifitas yang sedang dilakukan dan tempat tinggal.

Spontan dengan nada sedikit suara terbata bata bapak Asmari menjawab semua pertanyaan yang ditujukan kepada dirinya. Ia mnyampaikan bahwa tinggal di daerah bojong bersama temannya yg berprofesi sebagai tukang becak dan keberadaannya disana sebagai org yg dpercaya utk mngurus beberapa ekor ayam yg sedang mngeram oleh pemilik kandang.

Sambil memperlihatkan puluhan butir telur ayam hasil eraman, pak Asmari terus melayani perbincangan dengan Ibu Kasat Pol PP Depok. Naluri alamiah kemanusiaan dari BCL muncul dengan mencoba menawarkan diri untuk membeli 16 butir telur tersebut. Namun Asmari dengan bahasa yang santun, sederhana dan apa adanya menjawab bahwa dirinya tidak bisa menjual telur tersebut karena bukan miliknya. ” Mohon maaf Ibu, terima kasih sudah berniat untuk membeli telur ini, karena ini bukan milik saya, melainkan milik /Ibu/Bapak yang punya kandang ini. Saya hanya dipercaya untuk merawat dan menjaganya, ” tutur Asmari dengan penuh kepercayaan diri sambil memperhatikan orang orang yg ada di sekitarnya.

Tidak lama kemudian, ibu pemilik kandang pun tiba ingin membereskan seluruh barang barang miliknya yang masih tersisa di lahan tersebut. Asmari pun langsung bergegas menemui sang Ibu untuk melapor hasil pekerjaannya.

Walau akhirnya telur tersebut diberikan oleh ibu yg punya. ” Ini hasil eraman telurnya bu, ada 16 butir” ucap asmari dgn penuh semangat kepada ibu sang pemilik kandang.

” Telurnya buat bapak saja,” balas Ibu dengan nada sedikit cuek.

Namun ucapan tersebut yg mmberikan ekspresi kegembiraan yg luar biasa terlihat di wajah Asmari. ” Alhamdulillah… Terima Kasih Ya Allah atas rezkiMu hari ini, ucap Asmari dengan penuh kebahagian walau dengan nada suara yg terbata bata.

Penulis mencoba mendekati pak Asmari dan menanyakan kwmbali apakah telur tersebut akan dijual lagi atau tidak. Namun jawaban yang lugas dan menyentuh keluar dari pak Asmari. ” Saya tidak akan menjual telur ini dek, karena ini adalah nikmat yang luar biasa untuk bapak hari ini, saya akan bawa pulang telur ini untuk rezki keluarga, ” ucap Asmari dengan terdengar sangat bahagia.

Dari kilasan potret fragmen peristiwa diatas penulis belajar dari Bapak Asmari tentang bagaimana menjaga amanah, kejujuran, rasa syukur dan bahagia atas nikmat yg diberikan walau mungkin di mata orang lain terlihat sangat kecil harganya.

Sikap selalu menerima dengan ikhlas segala nikmat yang didapatkan dengan tidak mengeluh dalam kondisi apapun membuat dirinya tetap keukeuh tidak menjual telur tersebut. Karena Asmari ingin menjaga nikmat kebahagiaan yang didapatkannya.

Imam Al Alghazali pernah berpesan bahwa salah satu ciri utama orang yang akan merasakan kebahagiaan adalah selalu bersyukur dalam kondisi apapun dengan tidak pernah mengeluh dalam setiap nafas hidupnya.

*Penulis Buku Cita-citaku Jadi Presiden

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *