WartaDepok.com – Di tengah hiruk pikuk pelaksanaan kegiatan pengamanan penertiban lahan pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Cisalak Sukmajaya Depok Jawa Barat, sebuah pemandangan yang cukup mengharukan antara seorang Ibu yang dipanggil emmak sang pemilik bangunan yang ikut ditertibkan dengan pemimpin penertibannya yaitu Ibu N. Lienda Ratnanurdianny (Kasat Pol PP Depok).
Kejadian yang secara alamiah itu diawali ketika tim penertiban sudah tiba di sekitar lokasi rumah si Mbah.
Pada saat itu, mbah masih juga sibuk memindahkan barang barang berharga miliknya ke depan rumah. Tidak lama kemudian anggota tim penertiban pun tiba di lokasi rumah si mbah.
Kasat Pol PP Kota Depok Ibu N. Lienda Ratnanurdianny pun langsung memerintahkan tim evakuasi untuk dapat membantu mbah mengangkat barang barang milik mbah.
Di tengah tim evakuasi penertiban membantu, dialog antara Bu Kasat Lienda dengan si mbah pun menjadi perhatian penulis. ” Assalamu alaikum ibu.. Apa kabarnya.,” sapa Kasat Pol PP membuka perbincangan.
“Waalaikum salam neng cantik, alhamdulillah baik kabarnya.. Panggil saja mbah.. Mohon maaf nih mbah ngga terlalu lancar berbahasa Indonesia nih.. Tapi kalau bahasa jawa mbah lancar…,” jawab mbah dengan logat jawa yang kental, lugu dengan penuh kehangatan.
” Mbah sudah ada info terkait dengan kegiatan kami kah? ” tanya Kasat Lienda sambil merangkul pundak mbah.
” Iya sudah dapat info neng, mbah sudah ikhlas untuk pindah dari tempat ini, makanya sekarang lagi mindah mindahin barang nih neng, ” jawab mbah dengan suara tegar sambil menatap para petugas yang sudah berdiri di depan rumahnya.
Mbah kembali melanjutkan curhatannya kepada Bu Kasat Pol PP. Dirinya yang memiliki 3 orang anak akan tetap kembali melanjutkan usaha yang sudah digelutinya sebagai pengumpul barang barang bekas. Ia akan pindah ke rumah anaknya di kawasan dekat lapangan sanca kecamatan Tapos Depok.
” Mbah sadar bahwa lahan yang sekarang ditempati adalah bukan lahan pribadi mbah, tapi katanya milik Negara ya neng, ” jawabnya sambil bertanya polos.
Bu Kasat Lienda pun menjelaskan bahwa tanah ini adalah milik negara dengan setifikat hak pakai milik Kenterian Agama RI. Nantinya di lahan ini lanjut Lienda, akan dibangun Universitas Islam terbesar di Asia yaitu Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).
” Mbah.. Izin, Mohon maaf banget nih, rumahnya boleh kita bongkar ya?” pinta Bu Kasat Lienda dengan penuh kelembutan.
” Iya neng cantik, bongkar saja, ngga apa apa. Mbah sudah terima takdirnya harus pindah dari sini dan insya Allah akan berkumpul dengan keluarga dan anak anak setelah sekian tahun mbah hidup sendiri disini, ” jawabnya penuh rasa haru.
Mendengar jawaban seperti itu, Bu Kasat Lienda pun begitu mengapresiasi sikap legowo mbah dengan mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya atas kerja sama dan keikhlasan dari mbah yang begitu luar biasa. Dirinya merasa salut, bangga dan terharu atas sikap kooperatif dan perjuangan sang mbah untuk tetap tegar melanjutkan kehidupan di masa yang akan datang.
” Saya bangga, salut dan terharu sama sikap dan perjuangan mbah. Terima kasih ya mbah sudah memberikan pelajaran hidup yang begitu dalam dan berarti bagi saya. Boleh saya peluk mbah? Ucap haru dan tanya Bu Kasat Lienda.
Pertanyaan Bu Kasat Lienda tersebut langsung disambut dengan gerakan pelukan haru dan membahagiakan dari mbah yang rumahnya beberapa saat lagi akan ditertibkan. Mbah memeluk Bu Kasat Lienda begitu erat seperti memeluk orang yang sudah lama tidak bertemu, demikian juga Bu Kasat Lienda memeluk mbah dengan eratnya seperti memeluk Ibu sendiri.
Para petugas Sat Pol PP, Linmas, TNI dan Polri yang turut menyaksikan kejadian langka ini turut haru dan bahagia.
Menurut penuturan Bu Kasat Lienda, selama hampir sepekan kegiatan pengamanan penertiban di lahan UIII ini, dirinya baru menemukan warga seperti mbah. “Mudah mudahan ini menjadi inspirasi dan motivasi bagi warga lainnya yang akan terdampak demi suksesnya Program Strategi Nasional yaitu pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia, ” harapnya dengan optimis.
Hikmah dan pelajaran dari peristiwa ini adalah keikhlasan dalam menerima peristiwa hidup. Di era seperti sekarang ini rasanya sudah mulai sulit kita menemui orang yang memiliki keikhlasan yang luar biasa.
Buya Hamka pernah menyampaikan pesan bahwa materi/uang adalah racun ampuh yang dapat menghilangkan rasa ikhlas seseorang. Menurut Buya Hamka keikhlasan itu adalah sifat paling mulia dan kunci utama kebahagiaan yang hakiki bagi setiap manusia. Terima kasih Mbah dan Bu Kasat Lienda atas inspirasinya.
*Penulis Buku “Cita Citaku Jadi Presiden”