Oleh: Suryansyah
WartaDepok.com – “Kenali dirimu, kenali musuhmu, dan kenali medan tempurmu. Dan kamu akan memenangi seribu pertempuran” (Sun Tzu).
Sebuah kalimat sederhana yang bisa dijewantahkan kedalam berbagai bidang kehidupan.
Sun Tzu seorang Jenderal dari Cina. Ahli strategi militer. Pun filsuf pada musim semi dan gugur masa Cina Kuno. Dia juga penulis The Art of War, sebuah strategi militer yang secara luas berpengaruh terhadap filosofi Barat dan Timur.
Memahami dan mengetahui kekuatan sendiri, kita sudah memenangkan separuh peperangan ini (Sun Tzu). Hal yang perlu kita garis bawahi adalah Planning is less than half the battle.
Hari ini musuh terbesar kita adalah virus corona. Seberapa jauh kita mengenal musuh tersebut, kita harus mengenali diri kita dulu.
Virus bukan makhluk hidup. Dia benda mati. Bentuknya super kecil itu tak bisa dilihat dengan mata. Virus hanya bisa hidup menempel pada inangnya yakni sel manusia.
Tapi bisa dirasakan dampaknya. Ia-virus corona- bisa menyerang siapa saja. Tergantung daya imun kita. Tergantung tata cara hidup kita. Yang tak kalah penting tingkat kesadaran kita dalam memeranginya.
Anda ingin membantu mengurangi atau menambah kasus baru Covid-19? Tergantung diri Anda. Ada beberapa hal yang patut diketahui. Biasakan hidup bersih dan sehat. Menerapkan physical distancing. Jangan lupa pakai masker!
Hidup sehat dan bersih tak bisa ditawar. Rajinlah mencuci tangan dengan sabun. Mencucinya pun tidak bisa sembarang. Ada aturan mengoles dan mengusapkan telapak tangan.
Dulu bangga dengan julukan Jarum Super (Jarang di Rumah Suka Pergi). Sekarang harus stay at home. Diam di rumah. Bekerja di rumah. Istilah kerennya: Work From Home (WFH).
Yang tak kalah penting ini: pakai masker. Jangan easy going atau menyepelekan. Virus corona yang berukuran 100-125 nanometer bisa berpindah lewat bersin dan batuk.
Itu sebabnya, mengutip Halodoc, cara efektif mencegah virus ini masuk ke tubuh kita ialah dengan memakai masker dengan pori lebih kecil dari 100 nanometer.
Menurut Prof. Wing-Hong Seto, guru besar Hong Kong University dan Wakil Direktur Pusat Kolaborasi WHO, pemakaian masker yang tepat adalah dengan menempatkan bagian berwarna biru atau hijau di bagian luar karena bagian ini dilengkapi dengan material yang waterproof.
Jika dulu suka ‘kongkow-kongkow’, sekarang sebaiknya dihindari. Physical distancing atau pembatasan fisik adalah salah satu langkah yang disarankan untuk mencegah penyebaran virus Corona. Anda diminta untuk tidak bepergian ke tempat yang ramai, misalnya mal, restoran, pasar, serta gym, atau pusat kebugaran.
Kalau perlu perlu masyarakat yang kwluar rumah harus ada izin atau sepengetahuan RT/RW.
Suka atau tidak, budaya cium tangan, tata caranya sekarang harus diubah. Jika dulu sebelum masuk rumah, istri dan anak menyambut dengan mencium tangan kita. Sekarang tunggu dulu!
Ubah perilaku itu dengan cuci tangan dulu. Taruh pakaian langsung ke tempat cucian dan dicuci. Kemudian langsung mandi. Baru setelah itu istri dan anak mencium tangan Anda.
Jika dulu suka berbohong, kali ini harus jujur. Terutama menyangkut tentang kondisi kesehatan masing-masing. Meskipun sudah tahu kondisi tubuh panas tinggi dan batuk masih tetap mengaku sehat. Ini bisa berbahaya karena itu bisa jadi gejala serangan Covid-19.
Item-item ini kelihatannya sederhana. Tapi, tidak mudah dilakoni. Jika tidak dipatuhi, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dipastikan bisa ambyar. Dibutuhkan keseriusan dalam menanganinya.
Di kota Depok misalnya. PSBB butuh jilid 3. “Diputuskan perpanjangan kedua PSBB di Kota Depok mulai 13 Mei sampai 26 Mei 2020,” kata Walikota Depok Mohammad Idris.
Artinya: dua edisi PSBB sebelumnya belum penuhi harapan. Kalau tak mau dibilang gagal.
Dimana letak kegagalannya? Bukan untuk mencari kesalahan. Tapi, mari sama-sama evaluasi. Termasuk diri kita sendiri. Sudahkan kita menjalankan protokol Kesehatan yang dianjurkan?
Lagi-lagi masyarakat jadi sasaran. Kesadarannya dinilai sangat rendah. Masih seenaknya. Akibatnya, tingkat penyebaran virus corona begitu masif. Sejatinya masyarakat tak bisa disalahkan sepenuhnya.
Biasanya sikap masyarakat tergantung dari pemimpinnya. Dari lapisan paling bawah, ada Rukun Tetangga (RT), rukun Warga (RW). Tapi mereka pekerja sosial, tidak digaji. Tidak bisa disalahkan juga. Sudahkan maksimal peran Lurah sebagai perangkat pemerintah bekerja maksimal? Ini juga patut dipertanyakan.
Perketat Instruksi Walikota (Inwal) agar efektif dijalankan oleh Camat dan Lurah di masyarakat.
Di pemukiman teratur (perumahan) masyarakatnya lebih mudah diatur. Tingkat pendidikan tentu mempengaruhi. Himbauan RT masih berpengaruh.
Tapi, di pemukiman non teratur, teramat sulit. Dibutuhkan sosialiasi yang inten. Kalau perlu berulang-ulang. Jangan pernah bosan.
Pemimpin harus terus mengingatkan dan mengedukasi masyarakat agar dapat mematuhi PSBB dan selalu menjalankan protokol Kesehatan.
Perilaku para pejabat atau pemimpin itu bisa menjadi contoh pada masyarakat yang paternalistik. Langkah para pejabat acap diikuti masyarakat. Jika seorang pemimpin berbuat buruk, pengikut-pengikutnya akan berbuat lebih buruk daripada yang dilakukan oleh pemimpin tersebut.
Di Depok masih banyak pejabat yang sadar atau tidak sadar melanggar disiplin. Contoh banyaknya spanduk pejabat dengan wajah tanpa masker. Sebaliknya malah tebar pesona. Cari simpati. Tentu tidak etis di tengah pandemi virus corona.
Jadi, tantangan perubahan perilaku dalam memerangi Covid-19 bukan hanya ada di masyarakat. Para pejabat pemerintah daerah juga perlu berubah perilaku yang tidak mendukung program percepatan penanganan Covid-19.
Mereka harus bisa memberikan contoh yang baik dalam soal menjaga kebersihan, memakai masker, menjaga jarak, tidak bepergian, tidak menimbulkan kerumunan, dan yang paling utama tentunya bersikap jujur.
Sudah efektifkah kampung siaga yang dibentuk?
Dibutuhkan kejujuran pejabat kompeten untuk menjawabnya. Jangan hanya buang-buang anggaran. Maksimalkan keberadaan kampung siaga covid19 beserta fungsi RT/RW dan lurah. Itu menjadi kunci yang tak kalah penting dalam memberantas penyebaran covid-19.
Jadi bukan hanya slogan atau himbauan. Butuh keseriusan bersama jika PSBB jilid 3 tidak ingin ambyar.
*Analisis Indonesian Politic and Policy Institute (IPPI) Dan Sekjen Siwo PWI Pusat